Ukiran panjang sejarah yang ditulis para sejarawan, akan tetap menjadi saksi bisu keeratan hubungan antara Indonesia, dan Palestina. Dua negara yang terpisah jauh dari skala daratan maupun lautan. Tidak diragukan lagi, bahwa keduanya memiliki hubungan yang lebih erat dari sekedar perjanjian-perjanjian politik, hubungan bilateral, atau sebagaimana para ahli menyebutnya dalam buku dan risalah yang mereka tulis.
Tercatat bahwa bangsa Palestina menjadi pendukung utama kemerdekaan Indonesia saat bangsa lain bungkam tak berdaya. Tercatat bahwa rakyat Palestina menjadi penyokong utama perjuangan bangsa Indonesia. M. Zein Hasan Lc. sebagai pelaku sejarah, menuliskan dalam bukunya mengenai dukungan rakyat Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia yang di wakili oleh seorang mufti besar Palestina, Amin Al Husaini yang disiarkan melalui radio Berlin berbahasa Arab. Syekh Amin Al Husaini bahkan berkenan menyambut kedatangan delegasi Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia, yang lebih dikenal dengan PPKI.
Sejarah pun mencatat bahwa dukungan rakyat Palestina untuk kemerdekaan Indonesia tidak hanya terjadi setelah proklamasi kemerdekaan. Setahun sebelum diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, Muhammad Ali Taher, seorang saudagar di Palestina, menyerahkan seluruh uangnya di Bank Of Arabia tanpa meminta tanda bukti apapun, seraya berkata, “terimalah uang saya ini, untuk kemenangan perjuangan bangsa Indonesia”.
Berbagai dukungan rakyat Palestina terhadap Indonesia, menjadi pioneer bagi bangsa-bangsa timur-tengah dalam dukungan terhadap Indonesia. Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1949. Kemudian dunia Islam membentuk sebuah perkumpulan yang bernama “Panitia Pembela Indonesia”.
Berbagai catatan sejarah di atas telah menjadi bukti keeratan hubungan antara bangsa Indonesia dan Palestina. Bukan sekedar persamaan nasib sebagai bangsa yang terjajah, namun keeratan ukhuwah yang merupakan buah manis dari keimanan dari kedua bangsa pada masa itu. Bukan sekedar luapan emosi sesaat yang timbul atas dasar rasa iba, namun kekuatan ukhuwah seperti yang telah Rasulullah ajarkan 14 abad silam.
Hari ini dunia menyaksikan bagaimana penderitaan rakyat Palestina atas penjajahan yang dilakukan oleh Israel. Hari ini dunia menyaksikan betapa perihnya luka yang diderita oleh umat Islam Palestina. Hari ini, ummat menyaksikan betapa kehormatan muslim Palestina diinjak-injak dan diperkosa oleh musuh-musuh Islam.
Hari ini pun dunia melihat bahwa Palestina tidak sendiri. Sebuah negara yang disebut akan menjadi tempat awal kebangkitan umat Islam, Indonesia, menjadi negara yang paling keras penolakannya terhadap penjajahan Israel. Hari ini dunia kembali melihat, betapa kekuatan ukhuwah umat Islam tak dapat dikalahkan oleh ruang dan waktu. Dunia menatap betapa kekuatan ukhuwah mampu mengalahkan batas-batas wilayah suatu negara di belahan bumi manapun.
Berbagai cara pun mulai dilakukan oleh aktivis Islam, juga pemerintah Indonesia. Di mulai dari upaya diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia kepada Israel, sampai gerakan aktivis Islam memboikot seluruh produk yang diketahui mendukung gerakan zionis Israel.
Besarnya semangat aktivis muslim Indonesia dalam mendukung perjuangan bangsa Palestina, ditunjukkan melalui terpampangnya bendera-bendera Palestina di jaket-jaket yang mereka kenakan. Menempelnya stiker-stiker berbau Palestina di motor, helm, atau di pintu kamar kos mereka. Semangat ini pun dimunculkan melalui turunnya aksi one man one dollar setiap aksi yang dilakukan untuk mendukung Palestina.
Adakah cara-cara seperti itu efektif? Bermanfaatkah bagi rakyat Palestina? Meskipun dukungan berupa stiker, jaket berbau Palestina itu secara logika tidak membantu secara langsung perjuangan Palestina, ternyata cara-cara seperti itu membantu rakyat Palestina secara moral. Melalui media masa, mereka mengetahui bahwa Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, masih bersama mereka.
Tentu kita menyadari, bahwa suatu bangsa yang terjajah, tidak hanya membutuhkan bantuan berupa dana, fisik, ataupun obat-obatan. Suatu bangsa yang terjajah pun membutuhkan dukungan moral atau semangat seperti yang sekarang marak dilakukan oleh pemuda-pemuda Indonesia terhadap bangsa Palestina agar mereka memiliki perasaan bahwa mereka tidak sendiri.
Dibalik semangat para aktivis Islam Indonesia dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina, para aktivis islam itu seakan melupakan apa yang tengah terjadi di negrinya, Indonesia. Bobroknya nilai moral tengah melanda Indonesia. Aktivis islam Indonesia seperti mercusuar yang menerangi kejauhan, namun gelap di sisinya sendiri.
Kita memang tak boleh melupakan hubungan erat ukhuwah antara bangsa Indonesia dan Palestina yang telah banyak dicatatkan dalam sejarah. Namun, sudah pasti pula kita selaku bangsa Indonesia harus menyelamatkan rakyatnya sendiri dari kemurkaan Allah karena bergelimangnya maksiat yang dilakukan sebagian bangsa Indonesia.
Untuk apa semangat kita ketika turun aksi mendukung rakyat Palestina, tetapi ternyata tetangga di rumah kita masih buta huruf hijaiyah? Untuk apa selama ini kita senantiasa meneriakkan takbir dalam simposium internasional Gaza, tetapi banyak orang di sekitar kita yang melupakan sholat? Pertanyaan besarnya adalah, kalimat apa yang akan kita katakan dihadapan Allah kelak, ketika hal tersebut terjadi?
Tidak! Tulisan ini bukan berisi ajakan untuk melupakan penderitaan rakyat Palestina yang merupakan saudara kita seiman, tidak seperti itu ! Rangkaian kata ini mengajak setiap insan yang mengaku dirinya aktivis islam, merenungi semangatnya selama ini ketika mencantumkan berbagai atribut berbau Palestina. Adakah semangat itu karena Allah? Atau hanya agar terlihat sebagai seorang aktivis yang militan? Naudzubillah min dzalik.
Sadarkah kita bahwa selama ini rakyat Indonesia membutuhkan pejuang-pejuang Islam hadir dalam kehidupannya, sama seperti rakyat Palestina membutuhkan bantuan? Sadarkah kita bahwa selama ini rakyat Indonesia tak kalah lukanya dengan rakyat Palestina meskipun Indonesia telah merdeka di tahun 1945?
Allah ta’ala berirman dalam Al-Quran, “wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu” (Q.S. At-Tahrim : 6). Allah mengisyaratkan kepada seluruh orang beriman untuk menjaga tidak hanya dirinya, tetapi juga keluarganya dari api neraka.
Kita tidak boleh memungkiri bahwa rakyat Palestina adalah keluarga kita dalam tali aqidah yang lebih kuat dari hubungan persaudaraan apapun, ditambah dengan hubungan erat Palestina dengan Indonesia di masa lalu. Tetapi bukankah bangsa Indonesia adalah keluarga kita yang wajib kita tolong jua?
Hari ini, rakyat Indonesia menjerit aqidahnya, jatuh tingkat keimanannya, juga merajalela kemaksiatannya. Semestinya, hal tersebut cukup untuk membuat setiap orang yang mengaku dirinya penolong agama Allah untuk memperhatikan kondisi rakyat Indonesia yang jauh dari nilai-nilai Islam.
Dengan tidak melupakan penderitaan bangsa Palestina, aktivis muslim Indonesia seharusnya memasukkan agenda penyelamatan Indonesia ke dalam aktivitas dakwahnya. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap aktivis dakwah, untuk menghidupkan nuansa kebaikan di kehidupan bangsa Indonesia, meskipun itu hanyalah setitik cahaya.
Maka hendaknya seluruh aktivis muslim di Indonesia tidak melupakan negrinya sendiri. Palestina memang butuh pertolongan, tetapi Indonesia yang kini hampir tenggelam tidak kalah membutuhkan pertolongan dari setiap aktivis muslim.
Dengan tidak berhenti melakukan dukungan terhadap Palestina, bebaskan Indonesia dari buta huruf hijaiyah. Bebaskan Indonesia dari cengkeraman makar di kursi-kursi strategis pemerintahan. Teriakkan kalimat pembebasan untuk Indonesia, tidak hanya untuk Palestina. Sehingga saat Allah bertanya nanti, kita tidak kebingungan karena melupakan keluarga sendiri, bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar