Minggu, 28 Oktober 2012

Teman Tapi Mesra

Islam sangat menginginkan maslahat bagi umatnya. Sehingga segala jalan yang mengantar pada yang haram ingin ditutup. Artinya, jalan tersebut pun terlarang dilalui. Hal ini berlaku dalam masalah zina. Segala jalan menuju perbuatan zina pun terlarang. Karena kenyataan yang terjadi, zina berawal dari perbuatan-perbuatan kecil yang mengantar pada zina.

Hubungan yang satu ini pun perlu diwaspadai. Berawal dari menanyakan nomor HP. Kemudian melangkah pada sms-an setiap waktu. Sehingga pingin lagi lebih dekat. Kemudian menjadi teman tetapi selalu mesra. Sebagian pasangan tersebut boleh jadi tidak pernah ketemu. Dan beritikad kuat tidak mau berpacaran seperti yang lainnya, yang mesti jalan berdua dan kencan. Tetapi yang namanya teman tapi mesra seperti ini pun tetap bermasalah walau hanya lewat handphone.

Sekali-kali Islam telah mewanti-wanti hal ini karena khawatir akan terjerumus dalam perkara haram yang lebih besar. Dalam ayat Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’: 32). 

Imam Al Qurthubi berkata, "Para ulama mengatakan mengenai firman Allah (yang artinya) 'janganlah mendekati zina' bahwa larangan dalam ayat ini lebih dari perkataan 'janganlah melakukan zina'. Makna ayat tersebut adalah 'jangan mendekati zina'.

Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang, tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”

Maksudnya sekali lagi, mendekati zina saja tidak boleh apalagi sampai melakukannya. Mendekati di sini adalah tidak melakukan berbagai hal yang dapat menjerumuskan dalam zina. Zina tentu saja ada muqoddimah, ada perantara menuju perbuatan tersebut. Pertemanan tetapi mesra terus, ini salah satunya. Sehingga jelas pertemanan seperti ini perlu dibatasi.

Jadinya, untuk pemuda-pemudi, bergaullah dengan memperhatikan aturan Islam. Karena aturan dalam agama kita ini selalu mendatangkan maslahat dan mencegah mudhorot. Puteri bergaullah dengan sesama jenisnya, demikian dengan putera. Jika demikian maka akan terjaga diri dan kehormatan.

Hanya Allah yang memberi petunjuk dan hidayah.

3 Syarat Taubat dari Pacaran

Tidak diragukan lagi bahwa taubat sesuatu yang harus bagi pelaku dosa, apalagi dosa tersebut adalah dosa besar. Di antara hal yang membuat dosa bisa menjadi besar adalah jika maksiat di lakukan terus menerus. Contoh di antaranya yang menyebar di kaula muda adalah pacaran. Berpacaran sudah jelas terlarang karena merupakan jalan menuju zina. Karena tidak ada pacaran yang bisa lepas dari jalan yang haram.


Berbagai Sisi Pacaran itu Terlarang




Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).

Ibnu Katsir berkata mengenai ayat di atas, “Dalam ayat ini Allah melarang hamba-Nya dari zina dan dari hal-hal yang mendekati zina, yaitu segala hal yang menjadi sebab yang bisa mengantarkan pada zina.”

Dan sudah tidak diragukan lagi bahwa pacaran adalah jalan menuju zina. Karena hati bisa tegoda dengan kata-kata cinta. Tangan bisa berbuat nakal dengan menyentuh pasangan yang bukan miliknya yang halal. Pandangan pun tidak bisa ditundukkan. Dan tidak sedikit yang menempuh jalan pacaran yang terjerumus dalam zina. Makanya dapat kita katakan, pacaran itu terlarang karena alasan-alasan ini yang tidak bisa terbantahkan.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)

Dosa Mengharuskan Taubat

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)

Dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa makna taubat yang tulus (taubatan nashuhah) sebagaimana kata para ulama adalah, “Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang.”

Jika taubat harus memenuhi tiga syarat tersebut, maka tiga syarat orang yang taubat dari pacaran adalah:

1. Menyesal dan sedih telah berpacaran

2. Putuskan pacar sekarang juga

3. Bertekad tidak mau pacaran lagi dan menempuh jalan yang halal dengan nikah.

Ujung Zina adalah Penyesalan

Luqman pernah berkata kepada anaknya,

يا بني، إياك والزنى، فإن أوله مخافة، وآخره ندامة

“Wahai anakku. Hati-hatilah dengan zina. Di awal zina, selalu penuh rasa khawatir. Ujung-ujungnya akan penuh penyesalan. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 326)

Memang betul apa yang diutarakan oleh Luqman, seorang yang sholeh. Dan itu sesuai realita.

Awal zina dipenuhi rasa khawatir. Coba lihat saja apa yang dilakukan oleh orang yang hendak berzina.

Awalnya mereka berusaha tidak terlihat orang lain. Khawatir ada yang melihat perbuatan dosa mereka.

Ujung-ujungnya dipenuhi rasa penyesalan. Karena bisa jadi si wanita hamil. Si laki dituntut tanggung jawab.

Akhirnya pusing kepayang karena perut si wanita yang makin besar dan sulit ditutupi.

Akhirnya yang ada adalah rasa malu. Naik ke pelaminan pun sudah dicap “jelek” karena terpaksa “Married because an accident”.

Semoga Allah mudahkan kita untuk senantiasa berada dalam kebaikan dan menjauhkan kita dari berbagai maksiat.

Kiat Menghafal Al Qur’an

Sungguh menghafal Al Qur’an memiliki keutamaan yang luar biasa. Lembaran ini berisi uraian singkat mengenai keutamaan menghafal Al Qur’an dan kiat utama untuk menghafalkannya. 

Moga semakin menyemangati para remaja muslim sekalian.

Keutamaan Penghafal Al Qur’an

Orang yang menghafal Al Qur’an akan mudah mendapatkan syafa’at di hari kiamat kelak. Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya.” (HR. Muslim no. 1910)

Di akhirat, hafalannya akan menolong dirinya untuk menggapai derajat mulia. Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, shahih kata Syaikh Al Albani).

 Yang dimaksudkan dengan ‘membaca’ dalam hadits ini adalah menghafalkan Al Qur’an. Perhatikanlah perkataan Syaikh Al Albani berikut dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2440:

“Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan shohibul qur’an (orang yang membaca Al Qur’an) di sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati sanubari. Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, ‘Suatu kaum akan dipimpin oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (Al Qur’an).’

Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini, sebagaimana hal ini banyak disalahpahami banyak orang. 

Inilah keutamaan yang nampak bagi seorang yang menghafalkan Al Qur’an, namun dengan syarat hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allah semata dan bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا

“Kebanyakan orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurro’uha (yang menghafalkan Al Qur’an dengan niat yang jelek).” (HR. Ahmad, sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).” [Maknaqurro’uha di sini adalah salah satu makna yang disebutkan oleh Al Manawi dalam Faidhul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 2: 102 (Asy Syamilah)]

Tidakkah kita ingin mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah? Moga dengan modal ikhlas dan menjauhi maksiat, kita dimudahkan untuk menghafalkan Al Qur’an.

Modal Utama: Ikhlas dan Jauhi Maksiat

Jadikanlah niat dan tujuan menghafal Al Qur’an untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. 

Janganlah tujuan kita menghafal Al Qur’an untuk meraih kedudukan di tengah-tengah manusiam, meraup keuntungan dunia, upah atau hadiah. 

Ikhlas dan ikhlas-lah dalam menghafalnya. Karena ingatlah Allah tidak menerima sedikit pun dari amalan yang tidak ikhlas, yang tercampur kesyirikan di dalamnya. Allah tidak mau diduakan dalam ibadah, termasuk dalam menghafal kalam-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).

Kemudian, modal yang utama lagi bagi penghafal qur’an adalah ia harus menjauhi maksiat. Maka ia tidak hobi mendengar musik, menjauhi pacaran dan pantangan maksiat lainnya. Karena itu tentu saja akan mengganggu hafalannya. Allah Ta’ala berfirman,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14) 

Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. 

Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.” (Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7: 442). 

Jika hati semakin kelam, maka akan sulit melakukan ketaatan, sulit menghafal dan melekatkan Al Qur’an pada hati.

Imam Syafi’i berkata,

شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي

“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).

 Ingat sekali lagi bahaya maksiat dan dosa bagi penghafal Al Qur’an. Ini pantangan berat yang mesti dijauhi. Semoga dengan taufik Allah, kita bisa menghindari maksiat dan berbagai macam dosa.

Rajin Mengulang Hafalan

Ini juga adalah modal yang amat utama. Bukanlah yang paling urgent, kita rajin menambah hafalan. Yang lebih penting adalah mengulang dan terus mengulang setiap hari. Oleh karena itu, para ulama memberi kiat agar kita bisa menambah diikuti dengan mengulang (muroja’ah) hafalan. 

Karena jika kita hanya rajin menambah, hafalan terdahulu bisa cepat hilang. Itulah jadi sebab mengapa para penghafal Al Qur’an jadi putus di tengah jalan.

Dari Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ الإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ

“Sesungguhnya orang yang menghafalkan Al Qur’an adalah bagaikan unta yang diikat. Jika diikat, unta itu tidak akan lari. Dan apabila dibiarkan tanpa diikat, maka dia akan pergi.” (HR. Bukhari no. 5031 dan Muslim no. 789).

Dalam riwayat Muslim yang lain terdapat tambahan,

وَإِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِذَا لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ

“Apabila orang yang menghafal Al Qur’an membacanya di waktu malam dan siang hari, dia akan mengingatnya. Namun jika dia tidak melakukan demikian, maka dia akan lupa.” (HR. Muslim no. 789)

Adapun cara menghafal Qur’an secara lebih detail akan kami tampilkan di bahasan lainnya, insya Allah.

Moga Allah memudahkan kita untuk menjadi ahli Al Qur’an.

 Wallahu waliyyut taufiq.

42 Nasehat agama untukku dan untukmu





بسم الله الرحمن الرحيم

احفظ الله يحفظك “

1- Jika kamu menjaga hak-hak Allah SWT, Allah SWT akan menjaga hak-hak kamu.

” إذا لم تستح فاصنع ما شئت “

2- Jika kamu tidak malu kepada Allah SWT, lakukan apa yang kamu kehendaki.

” أطب مطعمك تكن مجاباالدعوة “

3- Elokkan makanan kamu, pasti Allah SWT memaqbulkan segala permintaan kamu.

” اتق الله حيثما كنت “

4- Takutlah kepada Allah SWT, walau dimana kamu berada.

” اتْبع السيئة الحسنة تمحها “

5- Balaslah kejahatan dengan kebaikan pasti kamu mendapat ganjarannya.

” خالقِ الناس بخلق حسن “

6- Berakhlaklah dengan manusia dengan sebaik-baik akhlak.

” اتق المحارم تكن أعبد الناس “

7-Takutlah kepada perkara-perkara dosa, pasti kamu akan menjadi Hamba Allah SWT terbaik.

” ارض بما قسم الله لك تكن أغنى الناس “

8- Redhalah dengan pembahagian Allah SWT, pasti kamu akan menjadi manusia paling kaya.

” أحبّ للناس ما تحبّ لنفسك “

9- Sayangilah manusia sebagaimana kamu sayang pada diri kamu sendiri.

” لا تُكثر الضّحك فإنّكثرة الضحك تميت القلب “

10- Jangan terlalu banyak ketawa, kerana dengan banyak ketawa boleh menyebabkan hati mati.

” الظّلم ظلمات يوم القيامة “

11-Kezaliman adalah kegelapan di Akhirat kelak.

” اتقوا الله واعدلوا في أولادكم “

12- Bertaqwalah kepada Allah SWT dan berlaku adillah kepada anak-anak kamu.

” اتق النار ولو بشقّ تمرة “

13- Jauhilah daripada api neraka walau sekadar bersedekah dengan sebiji tamar.

” اتقوا دعوة المظلوم “

14- Takutlah kepada doa orang-orang yang telah kamu zalimi.

” أثقل شيء في الميزان الخلق الحسن “

15- Perkara yang paling berat dalam timbangan Allah SWT adalah Akhlak dan Budi Pekerti yang mulia.

” التأني من الله والعجلة من الشيطان “

16- Bertindak dengan tenang adalah ajaran Allah SWT dan Gopoh-gapah adalah ajaran daripada syaitan.

” قلة المال أقلّ للحساب “

17- Orang yang sedikit harta, mendapat kiraan yang senang daripada Allah SWT.

” لا تغضب ولك الجنة “

18- Jika kamu tidak bersifat pemarah kamu akan miliki Syurga.

” أحبّ الأعمال إلىالله أدومها وإن قلّ “

19- Amalan yang paling Allah SWT sukai adalah amalan yang berterusan walaupun sedikit.

” أحب البلاد إلى الله مساجدها “

20- Tempat yang paling Allah SWT sukai dalam sebuah negeri adalah masjid.

” أبغض البلاد إلىالله أسواقها “

21- Tempat yang paling Allah SWT benci dalam sebuah negeri adalah pasar-pasar.

” أحبّ الطعام إلى الله ما كثرت عليه الأيدي “

22- Makanan yang paling Allah SWT sukai adalah makanan yang disedekah secara ramai-ramai.

” أحب الكلام إلى الله أن يقول العبد سبحان الله وبحمده “

23-Perkataan yang paling Allah SWT sukai adalah  :

سبحان الله وبحمده

” أحب الناس إلى الله أنفعهم “

24-Orang yang paling Allah SWT sukai adalah orang yang pandai mencari manfaat dalam  agama.

“أحبّ الأعمال إلى الله سرور تُدخله على مسلم “

25- Amalan yang paling Allah SWT sukai adalah amalan yang mendatangkan kesukaan kepada manusia.

” من كفّ غضبه ستر الله عورته “

26-Sesiapa dapat menahan kemarahannya, allah SWT akan menutup perkara yang memalukannya.

” سوء الخلق يُفسد العمل كما يُفسد الخلّ العسل “

27- Akhlak buruk adalah merosakkan amalan sebagaimana cuka merosakkan madu.

” أحبّ عباد الله إلى الله أحسنهم خلقا “

28- Hamba yang paling Allah SWT sayangi adalah hambanya yang paling Mulia Akhlaknya.

” إحذروا الدنيا فإنها خضرة حلوة “

29-Hati-hati dengan dunia kerana ianya elok pada pandangan dan manis pada citarasanya.

” إحفظ لسانك “

30- Jagalah lidah kamu.

” أدّ الأمانة إلى من ائتمنك “

31-Laksanakan amanah kepada mereka yang mempercayai amanah yang telah kamu miliki.

” لا تخن من خانك “

32-Janganlah kamu menipu kepada orang yang telah menipu kamu.

” أدعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة “

33- Berdoalah kepada Allah SWT dalam keadaan yang kamu yakin kepada penerimaanya.

” بشروا ولا تنفروا “

34-Berilah berita gembira, janganlah kamu menakut-nakutkan seseorang.

” يسّروا ولا تُعسّروا “

35- Permudahkanlah sesuatu urusan, jangan kamu memayahkan sesuatu urusan.

” كل بيمينك وكل مما يليك “

36- Makanlah dengan tangan kanan dan makanlah apa yang kamu layak makan.

” إذا آتاك الله مالا فليُر أثر نعمة الله عليك “

37- Jika kamu didatangi nikmat atau harta, maka perhatikan kesan nikmat tersebut keatas diri kamu.

” إذا أتاكم كريم قوم فأكرموه “

38- Jika sesuatu kaum menganugerahkan kepada kamu kemulian, maka muliakan mereka.

” إذا أتاكم من ترضون دينه وخُلُقه فزوّجوه “

39- Jika kamu didatang seseorang lelaki untuk meminang anak kamu, dan dia memiliki nilai-nilai agama dan kemulian akhlak maka terimalah pinangannya atau kahwinkan dia.

” إذا أراد الله بأهل بيت خيرا أدخل عليهم الرّفق “

40- Jika Allah SWT menghendaki sesuatu ahli keluarga itu bahagia, Allah SWT akan mencampakkan perasaan Kasih Sayang dalam ahli-ahli keluarga tersebut.

” إذا أسأت فأحسن “

41- Jika manusia melakukan kejahatan kepada kamu, maka lakukanlah kebaikkan kepada mereka.

” إذا حاك في نفسك شيء فدَعْه ”

42- Jika ada orang melaga-lagakan kamu, biarkanlah dia.

Sabtu, 27 Oktober 2012

╰:♥:╮ Plis, Beri Aku Kepastian! ╰:♥:╮





Bismillahirrahmanirrahim…

“Kira-kira aku pantes nggak ya bersanding dengannya. Dia berilmu, sedangkan aku? Jauh dari berilmu.”


“Siapa?” aku mengalihkan pandangan langsung ke matanya.

“Kemarin ada yang ngelamar aku.”

“Hah! Terus-terus?”aku memburu.

“Aku belum berani ngasih jawaban.” Matanya meredup, ada ragu yang nggak bisa ditutupinya.

“Orangtuamu gimana?” aku makin penasaran.

“Mereka belum aku beri tahu,”katanya lagi.

“Lho, terus dia ngelamar lewat siapa?”

“Lewat chat Facebook, soalnya dia jauh di sebrang sana.”

“Heh!”Aku agak terkejut, walaupun aku sering mendengar kalau banyak yang menikah karena bertemu lewat facebook. Tapi kali ini menimpa sahabatku sendiri.

“Terus kamu tahu dia berilmu dari mana?” tanyaku lagi.

“Ya dari obrolan kita, dari status-statusnya, dari Link-link yang sering dia share buat aku. Dia juga anti pacaran sama kayak aku, cuma ya itu, kalo aku mau nerima aku harus mau nunggu dia selesai kuliah dan kerja dulu.”

Alisku terpaut, resah dan bingung,” Kalo dia memang masih mau nyelesain kuliah atau kerja dulu, kenapa ngelamarnya sekarang? Lewat Facebook pula? Kenapa nggak langsung sama orangtuamu?”

Dia mengangkat bahunya,” entahlah, tapi aku sudah terlanjur memiliki perasaan dan berharap padanya. Cuma aku nggak tahu harus bagaimana, mau diterima tapi nggak pasti, nggak diterima aku terlanjur suka sama dia. Kriteriaku banget.”

Aku menghela nafas, aku juga bingung apa yang harus aku lakukan pada sahabatku ini.

♥♥♥

Bukan cinta namanya kalau nggak bikin bingung, nggak bikin galau, nggak bikin nyesek. Tapi pernah nggak sih sahabat ngerasain dilamar atau ngelamar lewat facebook?

Berjuta rasanya ketika ada seseorang yang menyatakan ingin mengkhitbahmu meski lewat facebook, sms atau telpon. Hanya saja ketika kamu dikhitbah, apakah kamu meyakini dia akan menyikapi dengan serius atau hanya sebuah keinginan semata untuk menghalalkan KEDEKATAN kalian?

Hati-hati! Kamu nggak pernah tahu keseriusan seseorang sebelum dia datang kepada walimu, apalagi ada embel-embel nanti datang ke orang tuamu setelah lulus kuliah atau setelah dapat kerja. Lalu buat apa mengkhitbah kalau pada akhirnya dia nggak yakin dengan kemampuannya sendiri, justru melibatkanmu dalam penantian dan kegalauan. Bukankah hal ini menjadi jalan syetan untuk membawamu mengikuti kemauannya?

Bila kamu memang menyukainya, yakinkanlah dia untuk segera menemui orangtuamu tapi nggak dengan saling merayu apalagi termakan rayuan dengan menyetujui proses tanpa ada wali atau orangtua yang tahu. Kalau sampai itu terjadi apa bedanya dengan pacaran, hanya nama saja yang berbeda.

Nggak ada yang bisa didapatkan dari ketidakpastian selain rasa kecewa, tangis, dan galau. Jadi ketika dia memang masih nggak yakin dengan waktu untuk bertemu dengan orangtuamu, sudahlah… hentikan untuk berharap. Segera kembali berharap pada Allah Azza Wa Jalla, biarkan Dia yang menunjukkan jalannya untukmu. Jika memang kamu berjodoh dengannya, sekarang ataupun nanti dia akan tetap menjadi pasanganmu, hanya saja dengan jalan yang pantas dan diridhoi-Nya.

So, mulailah berbenah. Jangan tergoda dengan status-status dari lawan jenismu, sms-sms yang nggak penting dari lawan jenismu. Jangan sampai kamu membuka pintu syetan lalu dengan tunduk kamu memasukinya. Pastikan, kamu membuka hati dan logikamu. Terjebak dalam ketidakpastian cuma akan membuatmu nggak berdaya bahkan jauh dari kebenaran yang ingin membuatmu kembali pada-Nya, atau kamu dengan rela menjauh dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Percayalah, Allah selalu memberikan jalan yang nggak pernah kamu sangka, jadi jangan pernah terjebak dari jalan yang Allah jauhkan darimu. Cinta bukan hanya kata, ia seharusnya berbuah surga bukan petaka.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. ath-Thalaq: 2-3)

Wallahua’lam bish shawwab.


Semoga Bermanfaat InsyaAllah

Minggu, 21 Oktober 2012

Sesuatu yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata


Mungkin Karena ikatan kita  yang lemah...
Saat-saat keakraban kita mulai merapuh...
Saat salam terasa menyakitkan...
Saat kebersamaan serasa bagaikan siksaan ..
Saat pemberian bagaikan bara api yang membara..
Saat kebaikan justru melukai perasaanmu...
Aku TAHU...
yang rusak bukanlah ukhuwah kita...
Hanya iman2x kita yang sedang sakit atau menjadi kerdil...
Mungkin juga dua-duanya....
Tentu terlebih sering imankulah yang compang camping saat ini...
Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa..
Karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran...
Karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus...
Sejuta kebaikan yang lalu...
Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja...
Menjadi kepompong dan menyendiri..
Berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam..
Bertafakkur bersama iman yang menerangi hati...
Hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari...
Melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia...
Lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah..
Mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi...
Dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani,sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Sebab-Sebab Yang Dapat Membantu Dalam Menghafalkan AlQur'an.



Dikutip dan diterjemahkan dari الأسباب المعينة على حفظ القرآن الكريم

Terdapat banyak penyebab dan alasan yang dapat mebantu seseorang dalam menghafal al-Quran, namun saya (Syeikh Mahmud al-Mishriy) hanya akan menyebutkan hal-hal yang paling penting yang dapat membantu mempermudah dalam menghafal al-Quran.



  • Memperkokoh Tauhid kepada Allah 'Azza wa Jalla.
    Siapapun orang yang memperkokoh tauhid kepada Allah, maka Allah akan membukakan baginya pintu-pintu kebaikan, dan pintu kebaikan paling agung adalah menghafal al-Quran. Hal ini karena, tauhid adalah dasar dari seluruh prinsip yang menjadi landasan bagi Allah dalam menciptakan langit dan bumi, menurunkan kitab-kitab suci, mengirimkan para rasul, dan menjadikan manusia dihari kiamat kelak menjadi dua golongan, satu golongan dimasukkan-Nya ke dalam surga, dan satu golongan lainnya dimasukkan-Nya ke dalam neraka.
  • Ikhlas dalam niat.
    Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya... setiap amal tanpa niat yang baik adalah seperti burung tanpa kepala, jadi adalah keharusan bagi setiap orang yang ingin menghafalkan al-Quran untuk mensucikan hatinya dari keburukan, dan menjadikan niatnya ikhlas, suci hanya demi Allah Tuhan semesta alam. Sehingga, semoga Allah SWT kelak akan membukakan baginya semua pintu-pintu kebaikan dan menganugrahkan kemudahan baginya dalam menghafalkan ayat-ayat suci Al-Quran.

  • Orang pertama yang dilemparkan oleh Allah ke dalam api neraka di hari kiamat.
    Sesungguhnya Rasulullah SAW telah menkhabarkan kepada kita semua, tentang hukuman bagi seseorang yang tidak memiliki niat yang ikhlas dalam menghafalkan al-Quran agar semata karena demi Allah SWT, namun ada riyaa' (pamer) dan sum'ah (ingin dipuji oleh manusia). Rasulullah SAW bersabda:

    " إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ، فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ".

    (رواه مسلم (وكذلك الترمذي والنسائي


    Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya salah seorang yang pertama di hisab di hari kiamat adalah seorang laki – laki yang mati syahid (gugur dalam peperangan); kemudian disebutkan baginya semua kenikmatan – kenikmatan yang diberikan kepadanya, dan dia mebenarkannya. Kemudia Allah SWT bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat itu?', lelaki itu menjawab, 'Aku berperang untuk-Mu hingga aku syahid'; Allah menjawab, “Kamu berdusta, (akan tetapi sesungguhnya) engkau berperang agar orang menyebutmu pemberani, dan (orang – orang) telah menyebutkan demikian itu", kemudian diperintahkan (malaikat) agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai dineraka dan dilemparkan kedalamnya”.

    Dan (selanjutnya adalah) seorang laki – laki yang mempelajari ilmu dan mengamalkannya serta dia membaca al-Quran, kemudian dia didatangkan, kemudian disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya dan dia membenarkannya. Kemudian Allah bertanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?' lelaki itu menjawab, 'Aku mencari ilmu dan mengamalkannya/mengajarkannya, dan aku membaca al-Quran karena-Mu'. Allah berfirman, “kamu berdusta, (akan tetapi) kamu mencari ilmu itu agar disebut sebagai 'alim (orang yang berilmu), dan kamu membaca al-Quran agar orang menyebutmu qari', dan kamu telah disebut demikian itu (alim & qari')” kemudian diperintahkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan di masukkan kedalam neraka”

    Dan (selanjutnya) seorang laki – laki yang diluaskan (rizkinya) oleh Allah. Dan dikaruniai berbagai harta kekayaan. Kemudian dia dihadapkan, dan disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya, dan dia membenarkannya. Kemudia Allah SWT berfirman, “Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?”, lelaki itu menjawab, “Tidaklah aku meninggalkan jalan yang aku cintai selain aku menginfakkan hartaku untuk-Mu”; Allah SWT berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu melakukan itu semua agar orang menyebutmu dermawan, dan kamu telah disebut demikian”. Kemudian diperankkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya, hingga sampai dineraka dan dimasukkan kedalam neraka.

    ~HR. Muslim (dan begitu juga at-Tirmidzi dan an-Nasai)
  • Doa
    Doa adalah salah satu hal yang utama yang dapat menolong seseorang dalam menghafalkan al-Quran. Karena, sebagaimana yang tercinta, Rasulullah SAW, telah bersabda: الدعاء هو العبادة “Doa adalah Ibadah”, Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita untuk yakin, percaya bahwa doa kita pasti dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda,

    قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّم ادعُوا اللهَ وأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجابَةِ واَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لاَ يَستجِيبُ دُعاَءً مِنْ قَلبٍ غاَفِلٍ لاهٍ


    Rasulullah SAW bersabda, “berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan diijabah dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan main-main” (HR. Tirmidzi 3401)

    Maka perbanyaklah berdoa, agar Allah SWT menjadikan kita salah satu dari para ahli al-Qur'an,
  • Bertaubat, memohon ampunan kepada Allah SWT.
    Seseorang pada umumnya akan lupa apa yang dia telah hafal karena dosa-dosanya, oleh karena itu dia harus selalu beristighfar, memohon ampunan atas dosa-dosanya. Ibnu Mas'ud r.a, berkata, “Aku teringat seorang laki-laki yang lupa ilmu yang dia pelajari disebabkan karena dosa yang telah dia perbuat”, dan jika Imam Hanafi merasa bingung terhadap suatu permasalahan, dan merasa ragu, dia akan berkata kepada sahabatnya, “ini tidak terjadi kecuali karena dosa yang telah aku perbuat”, kemudian beliau bertaubat memohon ampunan dan kemudian melakukan sholat, setelah itu suatu permasalahan menjadi jelas baginya.
  • Membersihkan jiwa dari akhlak yang buruk.
    Mempelajari al-Quran adalah ibadah hati, ibadah rahasia untuk mendekatkan diri kepada Allah 'azza wa jalla, dan sebagaimana layaknya sholat yang tidak sah kecuali dengan keadaan suci baik badan, pakaian dan tempat sholatnya, maka hati nurani yang beribadah kepada Tuhan tidak akan sempurna tanpa kesucian hati dari sifat munafik, pembohong, dengki, iri, takabur dan penyakit-penyakit hati lainnya.

    Menghafal al-Quran itu layaknya menanam benih, ia tidak akan tumbuh kecuali berada pada tanah yang subur, lagi bagus. Jika ia berada pada tanah yang asam atau tandus, maka dia tidak akan bisa tumbuh, dan jikapun dapat tumbuh, maka tumbuhan tersebut tidak dapat menghasilkan buah-buahan, dan kalaupun bisa menghasilkan buah, maka buahnya tidak akan bagus dan lezat. Oleh karena itu, adalah sebuah keharusan bagi seseorang yang mempelajari al-Quran untuk selalu menjaga hatinya selalu bersih dari penyakit-penyakit hati dan menghiasinya dengan kebaikan, kemuliaan, sifat-sifat baik seperti kejujuran, dapat dipercaya, dan ketulusan. Dengan kata lain, semua sifat-sifat orang beriman harus ada dalam dirinya.
  • Memiliki tekad untuk menghiasi hati dan membersihkan jiwa dengan mempelajari al-Quran.
    Adalah suatu keharusan bagi seseorang yang mempelajari al-Quran, memiliki niat yang kuat untuk menghiasi hatinya dengan sifat-sifat terpuji, membersihkan jiwanya, dan mensucikan ruhiahnya, dan menjadikan mendekatkan diri kepada Allah swt. Sebagai niat yang ada dalam hatinya. Ummul mu'miniin 'Aisyah رضي الله عنها Telah memberitakan kepada kita, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,

    الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيـَـتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَـيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
    رواه مسلم


    Orang yang mahir dengan al-Qur'an akan bersama para malaikat yang mulida dan baik-baik, dan orang yang membaca al-Qur'an dan terbata-bata membacanya dengan mengalami kesulitan melakukan hal itu maka baginya dua pahala. (HR. Muslim)
    dan sebagaimana telah diriwayatkan, bahwa malaikat turun untuk mendengarkan bacaan al-Quran seorang sahabat:

    عَنْ أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ: قَالَ بَيْنَمَا هُوَ يَقْرَأُ مِنْ اللَّيْلِ سُورَةَ الْبَقَرَةِ وَفَرَسُهُ مَرْبُوطَةٌ عِنْدَهُ، إِذْ جَالَتْ الْفَرَسُ. فَسَكَتَ فَسَكَتَتْ، فَقَرَأَ فَجَالَتْ الْفَرَسُ، فَسَكَتَ وَسَكَتَتْ الْفَرَسُ, ثُمَّ قَرَأَ فَجَالَتْ الْفَرَسُ، فَانْصَرَفَ وَكَانَ ابْنُهُ يَحْيَى قَرِيبًا مِنْهَا، فَأَشْفَقَ أَنْ تُصِيبَهُ، فَلَمَّا اجْتَرَّهُ، رَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ، حَتَّى مَا يَرَاهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ حَدَّثَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: ((اقْرَأْ يَا ابْنَ حُضَيْرٍ اقْرَأْ يَا ابْنَ حُضَيْرٍ )). قَالَ: فَأَشْفَقْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْ تَطَأَ يَحْيَى، وَكَانَ مِنْهَا قَرِيبًا، فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَانْصَرَفْتُ إِلَيْهِ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي إِلَى السَّمَاءِ فَإِذَا مِثْلُ الظُّلَّةِ فِيهَا أَمْثَالُ الْمَصَابِيحِ، فَخَرَجَتْ حَتَّى لاَ أَرَاهَا. قَالَ: (( وَتَدْرِي مَا ذَاكَ ؟)) قَالَ: لاَ. قَالَ: ((تِلْكَ الْمَلاَئِكَةُ دَنَتْ لِصَوْتِكَ، وَلَوْ قَرَأْتَ لاَصْبَحَتْ يَنْظُرُ النَّاسُ إِلَيْهَا لاَ تَتَوَارَى مِنْهُمْ))


    Dari Usaid bin Hudhoir, dia menceritakan ketika dia membaca surat al-Baqoroh pada malam hari. Sedangkan kudanya diikat di dekatnya. Tiba-tiba kuda itu meloncat-loncat. Kemudian Usaid diam, kuda itu pun diam. Kemudian Usaid membaca lagi, kuda itupun meloncat-loncat lagi.

    Kemudian Usaid diam lagi, kuda itupun diam. Kemudian Usaid membaca lagi (pada kali yang ketiga), kemudian kuda itu meloncat-loncat lagi. Kemudian Usaid berpaling. Dan anak Usaid yang bernama Yahya berada dekat dengan kuda itu.

     Kemudian Usaid merasa kawatir kuda itu akan mengenai anaknya. Ketika Usaid menarik anaknya (agar tidak terinjak oleh kuda itu), dia mengangkat kepalanya ke langit. (Ternyata di langit ada awan seperti pelita-pelita yang naik ke langit) sampai dia tidak melihatnya.

    Ketika pagi hari, dia memberi tahu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi berkata: “Hendaknya engkau tetap membaca, wahai Usaid bin Hudhoir.” Kemudian Usaid menjawab: “Wahai Rosulullah, aku kawatir kuda itu menginjak Yahya, sedang Yahya berada dekat dengan kuda itu. Kemudian aku mengangkat kepalaku, kemudian aku berpaling ke arahnya. Kemudian aku mengangkat kepalaku ke langit. Ternyata ada seperti awan yang ada pelita-pelita. Kemudian awan itu menghilang sampai aku tidak melihatnya.” Maka Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apakah engkau tahu apa itu?” Usaid menjawab: “Tidak.” Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Itu adalah para malaikat yang telah mendekati suaramu. Dan kalau terus membaca, sungguh orang-orang akan melihatnya. Dan itu tidak akan terhalangi dari mereka.”
  • Memiliki waktu tertentu yang spesifik, khusus untuk menghafal al-Quran.
    Salah satu hal yang dapat membantu kita dalam menghafal al-Quran adalah mendedikasikan waktu tertentu, yang kita pergunakan khusus untuk menghafal al-Quran. Di waktu tersebut, tidak boleh ada gangguan dari orang lain (kita informasikan pada orang lain bahwa pada waktu tersebut kita sibuk, dan tidak boleh ada yang mengganggu).
  • Memiliki sahabat yang bersama-sama saling mendukung dalam menghafal al-Quran.
    Adalah suatu yang baik, jika kita memiliki seorang sahabat yang bersama-sama menghafalkan al-Quran, serta mau diajak untuk berkompetisi, bersaing dalam kebaikan dan saling mendukung dalam menghafal al-Quran.
  • Jangan terlalu disibukkan untuk menghafal yang mengakibatkan lupa untuk membaca al-Quran (tilawah dengan melihat).
    Perlu menjadi perhatian bagi seorang penghafal untuk tidak melupakan pentingnya membaca al-Quran dengan mushaf, karena membaca dengan menggunakan mushaf adalah bahan bakar dalam menghafal. Hal tersebut, juga dapat membantu untuk memperbaiki hafalan yang bisa jadi salah, disamping membaca dengan menggunakan mushaf dapat membantu untuk lebih konsentrasi memahami dan merenungkan ayat yang dibaca, sehingga hati menjadi semakin hidup dengan setiap ayat yang dibaca tersebut.
  • Melaksanakan shalat sunnah hajat.
    Shalat hajat adalah salah satu kesunahan bagi yang menginginkan hajatnya dikabulkan oleh Allah Swt. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan shalat hajat 2 rakat dan berdoa meminta kepada Allah SWT dengan keyakinan dan ketulusan. Disamping itu, juga penting untuk melaksanakan shalat taubat, dengan harapan semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa yang terjadi saat menghafalkan al-Quran.
  • Membaca dan mempelajarai tafsir ayat yang sedang dihafalkan.
    Membaca tafsir al-Quran dapat membantu seorang penghafal dalam memahami ayat yang sedang dihafalnya, hal ini dapat membantunya dalam menghafal dan memberikan gambaran yang jelas dalam hati seorang penghafal mengenai maksud ayat yang sedang di hafalnya.
  • Menghafal secara bertahap.
    Seorang penghafal hendaknya menghafal secara bertahap, dengan jumlah hafalan harian tertentu, serta tidak mempercepat hafalan/memperbanyak hingga benar-benar mampu melakukannya. Oleh karena itu, janganlah memaksakan diri untuk menghafal diluar batas kemampuan menghafal harian.
  • Mengikuti dan menyimakkan (tasmi') kepada seorang guru yang telah fasih.
    Salah satu hal yang sangat penting dalam proses menghafalkan al-Quran adalah mentasmi', memperdengarkan/menyetorkan hafalan kepada seorang guru yang fasih, sehingga seorang penghafal tidak keliru dalam hafalannya. Karena, kesalahan dalam menghafal itu terkadang terjadi, dan jika tidak segera dibenahi dan terlanjur terhafal dengan mantap, akan lebih sulit untuk membenahinya.
  • Konsisten menggunakan satu mushaf.
    Konsistensi menggunakan satu mushaf dapat membantu dalam menghafal, karena dapat membantu seorang penghafal untuk mengingat posisi-posisi ayat pada surah tertentu dalam mushaf.
  • Senantiasa gigih dan istiqamah dalam dzikir dan doa.
    Salah satu yang dapat mempermudah dalam proses menghafal adalah istiqomah dalam dzikir baik diwaktu pagi maupun petang. Disamping itu, juga adalah senantiasa berdoa dalam setiap keadaan dengan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, agar Allah SWT memberikan perlindungan dari godaan setan.
  • Membaca bagian yang telah dihafal dalam sholat.
    Adalah suatu keutamaan untuk membaca ayat-ayat yang dihafal dari al-Quran dalam sholat, baik dalam sholat wajib, dan terlebih lagi dalam sholat sunnah maupun nawafil seperti saat qiyaamul lail.
  • Qiyam al-Lai, menegakkan sholat malam.
    Qiyam al-Lail, sholat malam yang umumnya dilaksanakan di seprtiga malam terakhir, dimana di saat itu merupakan waktu yang mustajab. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Allah 'azza wa jalla turun ke langit dunia pada waktu tersebut:

    عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ الأَخِيْرِ يَقُوْلُ : مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ, مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ, مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ


    Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan, dan siapa yang yang memohon ampun kepadaKu, maka akan Aku ampuni” (HR. Bukhari & Muslim)

    oleh karena itu mintalah kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh, agar Dia mengampuni dosa-dosa kita, dan memulyakan kita dengan hafalan dari kitab-Nya.
  • Menjadikan al-Quran sebagai prioritas tertinggi.
    Jika anda memulai belajar, mencari ilmu, mulailah dengan mempelajari al-Quran, me-review apa yang telah dihafal. Baru setelah itu, sibukkan diri dengan mempelajari yang lain.
  • Memberikan sanksi kepada diri sendiri, jika tidak memenuhi target harian.
    Jika anda gagal memenuhi target harian dalam membaca atau menghafal al-Quran, maka hukumlah diri anda dengan hukuman yang bermanfaat, seperti berpuasa, sholat malam, ataupun mengeluarkan sedekah.
  • Jangan pernah memulai menghafal sebelum memahami dan menguasai kaidah membaca al-Quran.
    Jangan pernah memulai menghafal al-Quran, kecuali anda telah lancar dalam membaca al-Quran dan telah sempurna dalam aturan tajwid. Hal ini agar saat anda menghafal, hafalan anda tidak keliru dari kesalahan cara pembacaan.
  • Fahami, bahwa menghafal al-Quran adalah langkah pertama dalam mencari ilmu.
    Seorang muslim tidak akan pernah menguasai ilmu dari ilmu-ilmu syari'ah dengan tanpa al-Quran, hal ini karena al-Quran merupakan pembuka dari pintu-pintu ilmu pengetahuan, bahkan sungguh al-Quran merupakan pembuka dari pintu-pintu kebaikan di dunia maupaun di akhirat nanti.
  • Berhati-hatilah terhadap munculnya sifat sombong, angkuh dan tertipu.
    Sifat sombong dan angkuh bisa jadi suatu ketika muncul di hati seorang hamba yang telah menghafalkan al-Quran, dan hal ini merupakan awal dari kesalahan, jadi, berhati-hatilah. Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk memiliki sifat rendah hati, agar Allah SWT mengangkat kedudukan kita, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “barangsiapa berendah hati, maka Allah akan mengangkat(kedudukan)nya” HR. Bukhari dalam jami' as-shahih.

    Al Munawi memberikan beberapa contoh dalam masalah ini dari perilaku para sahabat, yang memperoleh pendidikan langsung dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam yang layak untuk dijadikan suri tauladan. Ibnu Abbas, sahabat mulia yang amat dekat dengan Rasulullah mempersilahkan Zain Bin Tsabit, untuk naik di atas kendaraannya, sedangkan ia sendiri yang menuntunnya.

     “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ulama kami”, ucap Ibnu Abbas. Zaid Bin Tsabit sendiri mencium tangan Ibnu Abbas. “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ahli bait Rasulullah”, balas Zaid.

    Lalu Al Munawi menyebutkan bagaimana para ulama menghormati guru-guru mereka.
    As Sulaimi sendiri menceritakan pengormatan orang-orang terdahulu terhadap ulama mereka. Pada zamannya, orang-orang tidak akan bertanya sesuatu kepada Said bin Musayyab, faqih tabi’in, kecuali meminta izin terlebih dahulu, seperti layaknya seseorang yang sedang berhadapan dengan khalifah.

    Pengormatan Imam As Syaf’i kepada guru beliau Imam Malik, juga bisa kita ambil pelajaran. Masih munukil Ats Sulaimi, Al Munawi menyebutkan, “Di hadapan Malik aku membuka lembaran-lembaran dengan sangat hati-hati, agar jatuhnya lembaran kertas itu tidak terdengar”. Rabi’, murid Imam As Syafi’i juga tidak ingin gurunya itu melihatnya ketika sedang minum.
  • Senantiasa menjaga wudhu (daim al-wudlu) dengan baik dan sempurna (ihsan).
    Wudlu yang ihsan atau yang sempurna adalah wudhu yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

    روي الإمام احمد عن رجل من أصحاب النبي صلّ الله عليه وسلّم أن رسول الله صلّ الله عليه وسلّم، صلَى بهم الصبح فقرأ فيها الروم فأوهم، فقال : إِنَّهُ يَلْبِسُ عَلَيْنَا القُراۤنَ، أَنَّ أَقْوَاماً مِنْكُمْ يُصَلُّوْنَ مَعَنَا لاَ يُحسِنُونَ الوُضُوءَ، فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الصَّلاَةَ مَعَناَ فَلْيُحسِنِ الوُضُوءَ


    Imam Ahmad meriwayatkan dari seoran sahabat Rasulullah SAW, bahwasanya Rasulullah SAW suatu ketika memimpin sholat shubuh, dan membaca surah ar-Ruum kemudian beliau ragu/wahm, kemudian selepas sholat, beliau bersabda, “sesungguhnya tercampur/tersamar bacaan al-Quran kami, sesungguhnya salah seorang diantara kalian yang sholat bersama kita yang tidak membaguskan/menyempurnakan wudhunya, barangsiapa diantara kalian yang hendak sholat bersama kita, maka perbaguslah wudhu (kalian)”. HR. Ahmad dengan sanad hasan.
  • Berusaha keras berjuang untuk memperoleh akhir yang baik.
    Sesungguhnya siapapun yang meninggal dengan suatu keadaan akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut. Oleh karena itu, berjuanglah dengan keras untuk hidup dengan ayat-ayat al-Qur'an di dalam hati, lidah dan badan sehingga jika kita meninggal, kita meninggal, kita juga dibangkitkan diantara para pecinta al-Quran.
  • Membayangkan kenikmatan surga dan kengerian neraka.

    Jika kita yakin al-Quran adalah salah satu sebab yang menyelamatkan kita dari siksa kubur, dan penyelamat dari siksa neraka, jika kita yakin bahwa di hari kiamat kelak, kita akan dinaikkan drajatnya di dalam surga dengan al-Quran, maka sudah seharusnya kita berusaha keras untuk menghafalkan al-Quran dari awal hingga akhir, sehingga dengan demikian semoga kita mendapat tingkatan drajat tertinggi dalam surga. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua termasuk golongan ahli al-Quran. aamiin

~{dikutip dan diterjemahkan dari terjemah ( الأسباب المعينة على حفظ القرآن الكريم oleh Syeikh Mahmud al-Mishri) oleh Farhia Yahya}~

Kamis, 11 Oktober 2012

Sedikit penawar


Akhir-akhir ini memang banyak sekali terjadi ulah kegalauan anak muda, rasanya tiada salahnya kita berbagi ilmu untuk sahabat-sahabat sekalian, seharusnya kita memberikan kesempatan untuk meredakan sifat galau, namun tak jarang kesempatan ini tidak termanfaatkan. Agar tidak berlalu begitu saja tanpa meninggalkan makna, maka butuh stretegi untuk menghindari galau tersebut.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari galau antara lain sebagai berikut,

1. Matikan semua alat telekomunikasi
Agak sulit dilakukan bagi orang yang supersibuk, tetapi ini adalah cara paling efektif untuk keluar dari pemicu galau sehari-hari yakni gulungan waktu dan rutinitas. Mematikan ponsel sudah cukup untuk menghindarkan diri dari berbagai notifikasi email, pesan di facebook, twitter dan sebagainya.

2. Tonton sesuatu yang lucu
Setelah lepas dari gulungan waktu, ketegangan urat saraf  baru bisa diredakan dengan cara-cara tertentu misalnya menonton pertunjukan lawak. Hal-hal lucu di sekitar kita, seperti tingkah polah anak-anak juga bisa mengendurkan urat saraf dari berbagai beban masalah.

3. Abaikan urusan penting
Sekali waktu, tetapkanlah akhir pekan sebagai hari tidak penting sedunia, dalam arti tidak  boleh memikirkan sesuatu yang penting. Segala hal yang dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu haruslah hal-hal yang tidak penting, maka akhir pekan akan terasa berbeda.

4. Lakukan sesuatu yang baru
Hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya tidak hanya menambah pengalaman, tetapi juga bisa mengalihkan perhatian dari berbagai masalah yang kadang masih terbawa dari sekolah ataupun tempat kerja. Jelajahi tempat-tempat yang terbaikan dan belum pernah dikunjungi saking sibuknya, padahal mungkin letaknya tidak jauh dari rumah.

5. Lakukan kegiatan amal
Kegiatan amal bisa memberikan segala manfaat diwaktu anda dilanda galau, karena selain meredakan galau juga bisa memberi kepuasan tersendiri secara batiniah atau rohaniah. Merasakan sendiri bahwa tidak semua orang punya nasib baik, perilaku itu juga akan membuat orang terdorong untuk lebih mensyukuri hidupnya, dengan tidak  banyak mengeluh dan akhirnya InsyaAllah terhindar dari galau.

Etika Ketika Berdoa

1. Sebelum berdoa hendaknya memuji kepada Allah swt, kemudian bershalawat kepada Nabi. Rasulullah saw pernah mendengar seorang lelaki sedang berdoa didalam shalatnya, namun ia tidak memuji kepada Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi maka Nabi bersabda kepadanya,"Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Apabila Anda selesai shalat, lalu kamu duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak baginya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdoalah." (HR. At-Turmudzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).



2. Mengakui dosa-dosa, mengakui kekurangan diri, merendahkan diri, khusu, penuh harapan dan rasa takut kepada Allah di saat Anda berdoa. Allah swt berfirman, "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusu kepada kami." (QS. Al-Anbiya: 90).



3. Berwudhu sebelum berdoa, menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat berdoa. Di dalam hadis Abu Musa Al-Asy'ari disebutkan bahwa Nabi selesai melakukan perang Hunain, beliau minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya, dan aku melihat putih kulit ketiak beliau. (Muttafaq'alaih).


4. Benar-benar (meminta sangat) di dalam berdoa dan berbulat tekad didalam memohon. Rasulullah bersabda, "Apabila kamu berdoa kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah didalam berdoa, dan jangan ada seorang kamu yang mengatakan, 'Jika Engkau menghendaki maka berilah aku', karena sesungguhnya Allah tidak ada yang dapat memaksanya." Dan didalam satu riwayat disebutkan, "Akan tetapi hendaknya ia berungguh-sungguh dalam bermohon dan membesarkan harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat karena sesuatu yang Dia berikan." (Muttafaq'alaih).


5. Menghindari doa buruk terhadap diri sendiri, anak, dan harta. Rasulullah bersabda, "Jangan sekali-kali kamu mendoakan hal-hal buruk terhadap diri kamu dan juga terhadap anak-anak kamu dan pula terhadap harta kamu, karena khawatir doa kamu bertepatan dengan waktu dimana Allah mengabulkan doamu." (HR. Muslim).


6. Merendahan suara disaat berdoa. Rasulullah bersabda, "Wahai sekalian manusia, kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada yang tuli dan tidak pula ghaib, sesungguhnya kamu berdoa (memohon) kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertai kamu." (HR. Al-Bukhari).


7. Berkonsentrasi disaat berdoa. Rasulullah bersabda, "Berdoalah kamu kepada Allah sedangkan kamu dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai." (HR. At-Turmudzi dan dihasankan oleh Al-Albani).


8. Tidak memaksa bersajak didalam berdoa. Ibnu Abbas pernah berkata kepada Ikrimah, "Lihatlah sajak dari doamu, lalu hindarilah ia, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah dan para sahabatnya tidak melakukan hal tersebut." (HR. Al-Bukhari).


Sumber: Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari, Yayasan As-Sofwa, Jakarta.

Mengenal Ciri Sahabat Sejati


Sebagaimakhluk sosial,manusia tidak mungkin hidup menyendiri, Ia akan memerlukan bantuan orang lain, minimal untuk dialog atau berbagi rasa. Dalam ajaran Islam, persaudaraan sesama mukmin merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi saw, "Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan, dimana bagian yang satu akan menguatkan bagian yang lain."


Penjelasan hadits diatas sudah sangat jelas, bahwa persaudaraan sesama mukmin itu memiliki ikatan yang sangat erat dan saling bertanggung jawab antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Dalam menjaga persaudaraan ini, sudah selayaknya kita mengenal ciri-ciri persahabatan dan persaudaraan yang memuat ikatan itu semakin kokoh dan terjalin dengan baik.


Imam al-Ghazali dalam kitabnya telah memberikan tips atau panduan secara global mengenai sifat persahabatan. Panduan yang dijelaskan al-Ghazali tersebut adalah :


1. Jika engkau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu.


2. Jika engkau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan membalas balik persahabatanmu itu.


3. Jika engkau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya.


4. Jika engkau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambutnya dengan baik.


5. Jika ia memperoleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.


6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya akan menutupinya.


7. Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan bersungguh-sungguh.


8. Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi.


9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.


10. Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.


11. Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu.


12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau selisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan itu.


Inilah beberapa poin yang menunjukkan ciri persahabatan sejati. Namun, tidak menutup kemungkinan akan muncul perkembangan baru yang sesuai dengan kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi sehingga aka menambah poin baru dalam rumusan ciri persahabatan. Yang perlu digarisbawahi adalah sahabat sejati akan berupaya melakukan hal positif guna menjaga ikatan persaudaraan yang telah dijalin.